Monday, October 21, 2013

Mesin Waktu

Sedang tidak ingin tidur.
sedikit mengantuk, tapi sepertinya masih berusaha mempertahankan imaji bahwa hari ini belum berakhir. well. sudah 0:26. tapi belum tidur. tentunya hari ini belum berakhir.
entah sejak kapan 24 jam sehari terasa kurang. tentu saja kurang. terutama jika hari ini dengan produktifnya mencuci dan mengganti seprei serta mengantar seprei ke laundrian. sisanya nonton Kingdom's Hospital, Stephen King's Version.
super produktif.

tiap orang punya 'obat'nya sendiri.
obat saya kebetulan adalah bersenang-senang. bersenang-senang saya gampang. beri saya anime, stephen king's novel ataupun movie. beri saya buku horor. fyi, saya baru saja membeli novel karya R.L. Stine, berjudul Red Rain. versi dewasanya Goosebumps, kata orang. yup. cukup.
anime, novel, ataupun film. dan saya akan kalem.
namun setelah itu, baru terasa bahwa 24 jam itu kurang. atau mungkin kata orang, saya tidak bisa me-manage waktu. alibi saya sih, saya bisa-bisa saja mengatur waktu.
tapi. saya hanya tidak ingin hari ini berakhir. mungkin saya merasa belum siap menghadapi hari esok. katakanlah saya suka olahraga lari. lari dari kenyataan. haha

semakin tua saya merasa semakin ingin kembali ke masa kuliah.
saya takut jika suatu saat saya disuruh menggambar diri saya, yang saya gambar adalah anak urakan umur 20 yang jaket bergambar tengkoraknya belang-belang karena luntur.
saya juga kadang bertanya, kenapa perkuliahan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pengulangan, baik ujian maupun mata kuliah. kalau memang perkuliahan itu memberikan bekal 'bertahan hidup' bagi mahasiswanya, maka menurut saya, semestinya, tidak ada pengulangan.
tapi mungkin juga manusia umur segitu belum masanya untuk memperjuangkan hidup.
mungkin ada juga yang umur segitu sudah berjuang di jalan hidupnya masing-masing.
tapi perkuliahan tetap memberikan kesempatan kepada mahasiswanya, kesempatan yang tidak ditemukan lagi di masa setelahnya. kesempatan untuk menggunakan mesin waktu.

mesin waktu dengan masa penggunaan 7 tahun.
tidak masuk kuliah hari ini, masih bisa mengejar ketertinggalan di esok hari. bisa meminjam catatan teman. bisa nitip absen ke teman sekelas. seolah-olah hadir. mesin waktunya dipakai.
nilai ujian tidak mencukupi standar. ikut ujian perbaikan. atau istilahnya remedy. atau membuat tugas tambahan. nilai jadi lebih bagus. mesin waktunya dipakai.
bahkan setelah ikut ujian perbaikan, nilai masih tetap tidak bergeming. oh oh. warning! warning!
harus ikut semester pendek. mesin waktunya dipakai.
semester pendek tidak berhasil? ikut lagi di semester panjang. mesin waktunya dipakai.
ujian kompre tidak sukses? masih ada ujian kedua. been through that one. mesin waktuku kupakai.

namun mesin waktunya hanya bertahan 7 tahun.
lebih dari itu mesin waktunya rusak. tidak dapat dipakai sama sekali.

sekarang, lepas dua tahun dari kepemilikan mesin waktu, menyadarkan saya. apa yang saya pilih hari ini akan berdampak di hari esok. tidak ada lagi ujian susulan. yang ada "better luck next time". tapi next time-nya entah kapan, dan sayangnya "less luck" nya sudah tercatat di rekam jejak.

seorang kawan yang saat ini baru mencicipi tahun pertama kuliah berkata, "enak ya sudah kerja, daripada kuliah.."
dan saya hanya tertawa kecil.

namun sepertinya, saya hanya kangen punya mesin waktu.

Thursday, October 10, 2013

Sadar bermimpi, bermimpi dengan sadar.

Jadi ceritanya, manusia itu suka bermimpi.
ada yang mimpinya jadi bunga tidur,
ada yang mimpinya jadi khayalan,
dan ada juga yang mimpinya jadi kenyataan.

menurut saya sih, tiap orang pasti punya mimpi, dan tiap orang pasti ingin mimpinya jadi kenyataan.
masalahnya, tidak tiap orang berusaha membuat mimpinya jadi kenyataan.
kalau rejeki emang gak bakal kemana, tapi kalau nunggu rejeki yang datang ke kita, mau nunggu sampai kapan?

setidaknya kalau berusaha, rasa-rasanya semakin dekat sama mimpi. bukan begitu?

tiap orang punya mimpi. iya. kalau tidak, orang-orang pasti tidak akan memilih hidup. sesederhana itu menurut saya. orang-orang yang memutuskan untuk berhenti hidup adalah orang-orang yang kehilangan mimpi, atau kehilangan keinginan untuk bermimpi. tiba-tiba mereka bangun dan tidak tahu harus ngapain. akhirnya mereka memutuskan, "udah ah, capek." orang yang sekadar menjalani hidup pun punya mimpi, yaitu yang penting hidup. tapi pasti ada mimpi lah. entah itu besok makan apa, atau lain sebagainya.

kebetulan saya dulu jarang punya mimpi. saya cuma menjalani hidup apa adanya.
baru setelah lulus SMP, saya baru menyusun mimpi. dulu sih saya belum mengkategorikan itu mimpi, namun lebih ke 'keinginan jangka pendek'.
tapi setelah saya pikir-pikir sambil nyuci baju tadi,, itu juga sudah termasuk mimpi.

saya dulu ingin masuk sekolah favorit. saya sudah membayangkan 'balas dendam' setelah susah payah dan menyusah-payahkan orang lain, bahwa saya harus masuk di sekolah itu. dan Alhamdulillah, itu adalah mimpi pertama saya yang jadi kenyataan.

selanjutnya banyak mimpi-mimpi jangka pendek lainnya.
saya membayangkan, sepertinya seru kalau menang lomba debat. meskipun kemampuan saya biasa saja, tapi berkat teman tim saya yang jago-jago, Alhamdulillah mimpi yang itu kesampaian juga.
kemudian dilanjut mimpi-mimpi lain.
mimpi sekolah di luar kota, mimpi belajar kepemimpinan by experience, dan mimpi-mimpi kecil lainnya. disaat kita menyampaikan ke orang lain, 'aah,, saya pengeen begini dann begituu..'
menurut saya, itu sudah pada tahap menyusun mimpi. basically,, apa yang kita jalani saat ini adalah buah dari mimpi-mimpi kita. mimpi-mimpi jangka pendek. namun orang lain mungkin saja punya mimpi jangka panjang yang sudah kesampaian. misal, nikah. haha. itu termasuk mimpi lah ya.

namun tentunya ada juga mimpi yang tidak kesampaian. atau belum kesampaian. atau emang rejekinya tidak disitu. hm. susah juga sih ngomong masalah rejeki. menurut saya kalau mimpinya sudah diusahakan sedemikian rupa tapi dapatnya malah bentuk lain, ya mungkin itu sudah jatah kita.
tapi karena kita tidak akan pernah tahu, jadi kenapa harus berhenti mencoba?

sekarang saya mulai belajar bikin mimpi-mimpi jangka panjang.
sedikit terinspirasi dari ibu-ibu sebelah waktu di travel, mimpi jangka panjang itu butuh perencanaan lebih. kalau mimpi jangka pendek yang penting berusaha, mimpi jangka panjang benar-benar butuh perencanaan, strategi, kesabaran, dan kegigihan.

kalaupun perjalanan mengejar mimpi jangka panjang itu sangat panjang, bisa jadi malah di perjalanannya, kita tabrakan dengan hal-hal yang tidak kalah menariknya. kenapa tidak? semuanya bisa terjadi.

ada juga mimpi buruk. tiap orang pun punya mimpi buruknya masing-masing. saya mengartikan mimpi buruk adalah hal-hal yang kita bayangkan yang tidak ingin kita alami. misal, tidak lulus kompre. itu adalah mimpi buruk. namun, toh, it happens. atau saya mimpi pengen dapet dosen pembimbing yang menyenangkan, tapi toh saya dapat dosen yang lumayan disegani. tapi kemudian di suatu acara, saat menemani kakak gathering perusahaan, manajer barunya, saya ulangi, manajer barunya, terlibat percakapan yang lumayan panjang dengan saya, karena ternyata oh ternyata, dosen pembimbing saya itu adalah teman kuliah si pak Manajer Baru. bayangkan kalau mimpi saya tentang dosen menyenangkan tercapai, mungkin saat itu saya tidak akan berkesempatan ngobrol dengan pak Manajer Baru.

intinya, everything's happen for a reason, cuma kadang kala, kita belum 'dikasih tahu' reason-nya apa.

balik tentang mimpi..
menurut saya mimpi itu adalah harapan. tau-tau di hati kecil kita terbersit suatu keinginan. kalau keinginan itu baik, jangan abaikan! itu adalah cikal bakal mimpi.
jangan takut bermimpi. karena mimpi itu adalah tujuan. dan tujuan itu yang menentukan arah kaki kita melangkah.

jadi, mari. mari bermimpi!

ps:
di KBBI daring, pengertian mimpi salah satunya adalah berangan yang bukan-bukan. what?? nope. tidak setuju. benar-benar tidak setuju. berangan yang bukan-bukan itu tempatnya di 'ngayal'. bukan mimpi.