Saturday, March 23, 2013

Hihihi.. Alhamdulillah,,

hm. hari yang cukup menyenangkan :)
Alhamdulillah.

Jadi ceritanya hari ini ada sebuah acara. Di acara itu saya sangat ingin mengutarakan pendapat saya. jujur saja saya deg-degan untuk mengeluarkan pendapat. Terlalu banyak pertimbangan. Haha.
Pertimbangan itu antara lain:
1. Memilih kata-kata dan frase yang tidak menyinggung pihak tertentu
2. Tetap bisa menyampaikan pendapat tanpa terkesan menyerang ataupun defensif.
3. Apakah yang akan saya utarakan itu objektif (kesamaan pandangan tiga orang atau lebih) atau subjektif sentimen pribadi?

karena sudah sekian lama tidak berbicara di depan umum, jujur saja saya takut salah ngomong.
kalau diingat-ingat lagi, terakhir kali saya mengungkapkan pendapat di acara formal adalah zaman SMA, itupun waktu lomba debat yang notabene argumen-argumennya sudah dilakukan pengumpulan data sebelumnya.
di kuliah pun saya aktifnya di lingkungan yang sangat non formal. kalaupun mengutarakan pendapat atau fakta yang salah di depan forum, tidak ada sanksi apapun kecuali sanksi moril (diketawain, red.)

namun kemudian saya iseng menggambar ini di note yang disediakan saat acara.




kemudian yang terpikirkan adalah, kenapa tidak?
kalau tidak sekarang, kapan lagi?


kemudian dengan menyebut nama Allah dalam hati, ngacung lah saya, bertanya.
karena pertanyaan saya pun sebenarnya saya tanyakan karena saya bingung mau bertanya pada siapa.
inti pertanyaan saya adalah,
"seberapa besar willing dari pihak manajemen untuk take a risk terhadap orang-orang baru yang jelas kalah pengalaman dari senior-seniornya?"


Jadi, saya sangat sepakat. Dimana-mana, yang namanya manusia itu pastinya tidak mau mengalami kegagalan. oleh karena itu dipilihlah resiko terkecil. kalaupun resiko terbesar yang dipilih, pasti sudah ada langkah-langkah pencegahan ataupun penyelamatan kalau resiko terburuk terjadi. oleh karena itu, dalam beberapa hal tertentu, manusia akan memilih yang 'aman-aman' saja.

coba kita intip tempat makan favorit. atau mungkin tempat belanja diskon favorit.
atau bahkan blok penjual sayur favorit mama saya di pasar.
karena setiap kali makan di tempat A pelayanannya memuaskan, jadi kalau lapar larinya kesitu saja. tidak perlu pikir terlalu panjang.
atau tempat belanja diskon favorit. setelah terbukti berkualitas super dengan harga ceper, pasti hasrat ingin datang lagi kesana lebih besar daripada berbelanja di tempat diskon lain.
atau blok penjual sayur favorit mama saya di pasar. Beliau bahkan hafal lokasi blok tersebut. tempat-tempat itulah yang kemudian jadi 'tempat kepercayaan' seseorang.
dan kalau sudah demikian, kecenderungan datang lagi dan datang lagi akan semakin besar.

begitupun dengan manajemen.
manajemen tidak mungkin mau memberikan tanggung jawab kepada orang yang malas-malasan. kalau manajemen sudah menemukan orang yang terbukti dapat dipercaya, maka orang tersebut berpeluang besar menjadi orang kepercayaan manajemen. kalau butuh cepat, manajemen akan memilih orang-orang yang terbukti kapabilitasnya, yang dapat memberikan rasa aman kepada pihak manajemen yang memberikan penugasan terhadap orang tersebut.

namun kemudian, kalau tidak hati-hati, lingkaran setan bisa tercipta dari alur sederhana tersebut.
jika manajemen cenderung memilih orang-orang yang terbukti dapat dipercaya untuk melakukan suatu kegiatan, bagaimana dengan orang-orang baru?
kecenderungannya orang-orang baru tersebut harus menunggu 'masa'nya sampai pihak manajemen kehabisan orang yang dapat dipercaya, entah karena pindah atau lainnya, baru lah orang-orang baru ini memiliki pentasnya sendiri.
jadi ada suatu masa dimana manajemen hanya percaya pada orang lama, karena orang baru belum menunjukkan apakah mereka bisa dipercaya atau tidak.
kemudian timbul pertanyaan. jika orang baru tidak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan sesuatu, bagaimana caranya orang baru bisa menunjukkan kepada manajemen bahwa mereka bisa dipercaya?
jadi, agar manajemen dapat memberikan kepercayaan untuk melaksanakan suatu tugas kepada orang baru, orang baru harus membuktikan bahwa mereka dapat dipercaya. namun untuk menunjukkan bahwa mereka dapat dipercaya, mereka harus terlebih dahulu diberikan kepercayaan untuk dibuktikan. nah lho.
kurang lebih seperti itu. makanya harus hati-hati. dan akhirnya kembali lagi ke gaya kepemimpinan tiap manajemen.

di tulisan ini saya tidak akan berprasangka pada siapapun, karena dimana-mana tidak ada manusia yang mau rugi.
seandainya semua manusia ikhlas untuk rugi, maka saya bayangkan tidak akan ada manusia yang hidup. karena dengan ikhlasnya makanannya diberikan kepada orang lain sementara dia kelaparan, dan orang lain itu dengan ikhlasnya memberikan makanannya kepada hewan sementara dia kelaparan, dan akhirnya semua manusianya mati kelaparan.
mungkin. hehe.

kemudian, di akhir acara ternyata ada hadiah yang diberikan kepada orang-orang yang ngetes-ngetes suara pakai mic selama acara berlangsung.
dan ini lah alasan utama yang mendorong saya untuk menulis disini.
yep. saya dapat hadiah. alhamdulillah.
dan waktu melihat hadiahnya, subhanallah.
tepat seperti yang saya butuhkan.
barang yang sedang saya analisa penganggaran dan urgensi kebutuhannya. tapi memang sudah masuk dalam list belanjaan.

dan ternyata Allah memberikan barang tersebut begitu saja kepada saya.
disaat saya tidak mengerti apakah saya benar-benar membutuhkan barang tersebut.
dan alhamdulillah. ternyata Allah membisikkan dengan caraNya sendiri, saya memang butuh barang tersebut. makanya dikasih. sebuah power bank. tidak muluk-muluk memang. hanya sebuah power bank.
dan subhanallah lagi, selain timing yang pas, saya kemudian berpikir mundur kebelakang. bagaimana kalau waktu itu saya tidak jadi beli handphone ini? bukankah powerbank ini kemudian akan jadi sia-sia?
kemudian saya ingat-ingat lagi. saat itu alasan utama saya untuk mengganti handphone adalah untuk menghindari pertanyaan keluarga pada acara nikahan kakak saya, tentang mengapa handphone saya yang wallpapernya kaca retak itu masih tetap saya pakai.
alasan tambahan adalah karena kebutuhan untuk bersosialisasi semakin besar saat ini. karena bersosialisasi artinya terlibat dalam aliran informasi. dan tidak terlibat dalam aliran informasi berarti "ha ho dan melongo" waktu mendengarkan orang lain berdialog. sekali lagi, itu alasan tambahan.

waktu itu saya masih bingung, beli atau tidak. karena dengan harga yang beredar di pasaran, saya lebih memilih menginvestasikan harta saya di laptop yang menurut saya lebih banyak manfaatnya, salah satunya bisa main game dengan nyaman.
namun pada suatu malam yang cerah, teman sebelah kamar saya baru saja beli handphone baru dengan fitur-fitur yang sangat sesuai dengan yang saya inginkan. dengan harga yang sangat menggiurkan.

dan akhirnya saya beli.

bayangkan seandainya teman saya waktu itu tidak membeli handphone tersebut dan tidak menyarankan kepada saya untuk membeli handphone yang sama.
apakah saya akan beli?
atau saya akan menunda membelinya sampai saya menemukan handphone yang tepat?
lalu apa yang akan terjadi dengan power bank yang saya dapatkan saat ini?
kemudian saya iseng-iseng ngecek harga powerbank yang saya dapat.
subhanallah. jujur saja, dua kali lipat dibanding infaq yang saya keluarkan terakhir, minggu lalu.
subhanallah, muternya cepet ya?

intinya,
Allah itu tidak pernah kecepetan dan tidak pernah terlambat. pas.
Allah Maha Mengetahui apa yang hamba Nya butuhkan, bahkan disaat hambaNya masih galau.
intinya berusaha.
mari kita bayangkan kalau saya tidak ngacung. kalau saya tidak menggambar chopper dan membaca basmalah kemudian bertanya.
saya tidak akan dapat hadiahnya. atau mungkin hadiahNya.

jadi, pesan moral dalam tulisan ini, kalau-kalau ada yang tersesat saat membacanya,
Usahakan yang terbaik, dengan cara yang terhalal, sisihkan dengan cara yang baik, dari sumber yang halal, Insya Allah kegalauan para pembaca akan dijawab pada waktunya, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Pas.

sekian, terima kasih,

:)