Thursday, December 31, 2009

Pengganti kata maaf?

semakin tidak mengerti.
karena berbeda berarti menjadi aneh.
karena memilih jalan yang berbeda maka dianggap lemah.

bosan, bosan dengan semua tuntutan.
susah memang untuk bangga pada marmut biasa daripada marmut mahal.
susah memang, harus menjadi sempurna.

pengen muntah.
mual melihat senyum palsu orang.
pusing mendengar teriakan si penyemangat basa basi.
sekarang orang memotivasi karena formalitas.
bahkan bilang maaf juga dibilang apologi, dibilang lemah.

lalu, harus bilang apa? bangsat?

Wednesday, November 11, 2009

alibi-pengasingan-balas dendam

dulu ia adalah penceria
dulu ia pernah menjadi sanguinis,
orang yang spontan, lincah dan periang.

kemudian ia belajar memahami orang lain.
jadilah ia seorang plegmatis.
orang yang damai tanpa prasangka.

kemudian ia disindir.
ia diremehkan.

akhirnya ia mulai berpikir.
muncullah ia yang melankolis.
orang yang pemikir, selalu beranggapan semua terjadi karena sebab dan ada akibatnya.

kemudian ia melihat sosok pemimpin.
ia ingin menjadi koleris.
sosok yang kuat.
tangguh.

ia mulai bersikap tegas.
orang yang mengenalnya kaget.
ia yang dulu ceria, bisa dekat dengan siapapun, dan bisa menjadi pendengar yang baik,
kini berubah menjadi orang yang memerintah.
orang yang suka marah.

kemudian ia mulai bingung.
ia siapa?

ia semakin membingungkan orang di sekitarnya.

kemudian ia sadar.
pada dasarnya ia hanyalah orang yang senang bergaul.
orang yang menganggap tiap orang punya alasan kenapa bertindak sama maupun berbeda.
orang yang memahami konsep aksi dan reaksi.
tapi ia bukan orang yang suka memerintah.
ia memang pengikut.
tapi jangan berani menantangnya.
karena ia akan maju, dengan kepala tegak dan tatapan penuh tekad.
mereka tidak pantas merendahkannya.
mereka hanya tidak sadar siapa yang mereka hadapi.

persetan dengan personalitas.

kini ia berjalan lunglai.
kehilangan dirinya yang penceria.
kehilangan dirinya yang pendamai.
kehilangan dirinya yang pemikir.
dan tersesat di dirinya yang kuat.

namun lagi.
mungkin ia tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa ia tidak diterima.
ia hanya sedang mencari alibi.

detik selanjutnya ia berubah.
saat ia mendengarkan lagu dari orang yang telah tiada.

"Skin head, dead head
Everybody gone bad
Situation, aggravation
Everybody allegation
In the suite, on the news
Everybody dog food
Bang bang, shot dead
Everybody's gone mad

All I wanna say is that
They don't really care about us
All I wanna say is that
They don't really care about us

Beat me, hate me
You can never break me
Will me, thrill me
You can never kill me
Jew me, sue me
Everybody do me
Kick me, kike me
Don't you black or white me

All I wanna say is that
They don't really care about us
All I wanna say is that
They don't really care about us"

(they don't really care about us - michael jackson)

dan ia tahu. ia datang untuk balas dendam.

Monday, May 25, 2009

revive...

Percayakah, bahwa kekuatan itu berasal dari sendiri?
Sebuah kebohongan besar bahwa kekuatan dapat berasal dari orang lain.

Apa yang mereka tahu?
Otak tiap manusia berbeda. Pengalaman hidup tiap orang berbeda. Apa yang menurutmu adalah big mistake ternyata merupakan kemenangan bagi orang lain.

Kekuatan dan motivasi hanyalah permainan otak. Permainan perasaan. Permainan sugesti.
Bagaimana kau bisa tahu orang itu membencimu atau mendukungmu?
Kau tidak akan pernah benar-benar tahu.

Hidup memang tidak dijalani sendiri.
Hidup memang merupakan skenario tentang pertemuan dan perpisahan dengan orang lain.
Namun disitulah penekanannya.
Kau tidak akan pernah bisa bangkit jika mengandalkan orang lain.
Mereka tidak akan selalu ada di saat kau membutuhkan.
Lalu apa?
Apa yang kau harapkan, selain kedua kakimu untuk berdiri tegak?
Selain kedua mata dan telinga yang tetap menjagamu tetap awas akan keadaan sekitarmu?

Berbuatlah untuk orang lain.
Itu pun tidak salah.
Lalu apa?
Tidak ada yang abadi.
Tidak ada pertolongan seperti 911 yang selalu bisa menyelamatkanmu pada setiap kondisi.
Yang ada hanyalah dirimu.
Dan segala indera yang telah ditanamkan dalam dirimu.

Maka bangkitlah.
Kekuatan terbesar, ada dalam dirimu.



Malang, 6 Mei 2009
23.47

Wednesday, April 29, 2009

i'm just a...

di situlah ia terduduk. mencoba mencari jalan baru untuk menemukan jati diri.
lampu disekelilingnya menerangi gelapnya lapangan yang ia jadikan alas duduk di bawah langit cerah yang berbintang.
kembali ia mempertanyakan arti hidupnya, arti keberadaannya.
benarkah eksistensi itu hanya untuk pria? tidak. di dirinya, eksistensinya terkoyak. ingin bangkit dari kubur.
orang-orang itu, entah tidak tahu apa-apa tentang dirinya, atau malah terlalu tahu? namun ia tidak mengenal siapa pun.
ia merasa berubah jadi boneka. tanpa otak.
atau benarkah, ia sebenarnya boneka, tanpa otak?
ia kembali merenungi dirinya. 'ah, aku terlalu banyak mengeluh..,' pikirnya.
ia mencoba menatap langit. oh, lehernya kaku. ia tidak bisa menatap langit.
dingin malam merasuki dirinya. ia mencoba mengingat apa yang selama ini ia lakukan. mengapa tak seorang pun percaya pada apa yang dilakukannya? ia bingung. ia hanya ingin tahu mengapa ia tidak bisa bergerak sebebas yang diinginkannya. ia hanya ingin tahu mengapa, jiwanya serasa terkekang.
suara langkah-langkah kaki mengagetkannya. suara itu semakin mendekat.
'siapa?' ia bertanya namun tak ada suara yang terdengar.
lehernya masih kaku. takut dan cemas melemahkannya.
"ah, ini dia!!" suara seorang anak kecil nyaring terdengar.
"cepat ambil!! kita pulang!!" suara seorang wanita dewasa menyahut.
ia merasa tangan besar mencengkeram lengannya. sedetik kemudian ia terangkat dari tanah.
anak bermata besar dan berambut ikal membersihkan bajunya.
"hah,, lain kali jangan jatuh lagi ya!" ujar anak itu padanya.
tubuhnya serasa beku akibat dingin yang tiba-tiba merasuk. kenyataan menamparnya.
ia memang boneka.

27 april 2009
21:22

Sunday, April 26, 2009

suicidal....

Asap itu mengepul dari ujung batang yang terselip di jari tangan kanannya. Asap juga tersembur dari mulutnya.
Tetes-tetes air dari matanya pun tidak keluar karena perih asap yang berputar-putar di sekeliling wajahnya. Tidak. Perih yang menggores hatinya dan sakit yang meremukkan tubuhnya-lah yang membuat tetes-tetes air bening itu jatuh.
Kepercayaan dirinya runtuh seketika. Saat ia menoleh ke kiri, didengarnya lagi kata-kata itu. Ditolehkannya kepalanya ke kanan. Lagi-lagi suara itu terngiang di telinganya.
’sial,’ ia mengumpat dalam hati.
Batang nikotin itu kembali menempel di bibirnya yang kering. Keputusasaan kembali meluap dari tangisnya yang tidak kunjung reda.
Menyedihkan. Itulah bagaimana ia menggambarkan keadaannya sendiri.

’empathy is totally a lie,’ pikirnya.

Bagaimana mungkin ia diminta untuk mengarahkan orang-orang yang dengan terang-terangan menyatakan tidak percaya pada dirinya?
Bagaimana mungkin ia menceritakan apa yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya pada orang yang paling ia percaya, yang ternyata berkata, ‘u didn’t even think about me..’?
Lalu dimana semua pengorbanan yang telah ia lakukan untuk orang itu? Hilang. Tertiup angin. Karena orang itu pun sebenarnya tidak tahu, apa saja yang telah ia korbankan demi berada di sisi orang yang ia percaya itu. Insting wanitanya terlukai.

Ini, itu, ini, begitu banyak orang yang mendiktekan padanya apa yang harus ia lakukan.
Lelah, karena yang ia inginkan hanya memunculkan gayanya sendiri, saat orang lain menuntutnya untuk menjadi dirinya sendiri yang ternyata harus begini dan begitu dalam menghadapi suatu situasi.

Pembunuhan karakter telah berlaku padanya.

Orang yang ia percaya merasa ia masih belum cukup memahami orang itu..

Suicidal. Hanya itu yang dipikirkannya saat ini.

I just want you to notice, when I am not around.
Keinginan terpendam yang mungkin akan segera ia ketahui hasilnya. Saat ia mengambil gunting yang setia menemaninya di kamar kosnya. Saat ia mulai mengiriskannya ke pergelangan tangannya.

Batang nikotin itu terjatuh ke lantai.
Air mata tetap bercucuran.
Genangan merah mulai muncul di lantai.
Gelap. Gelap. Gelap.

Saat itulah mungkin sebaiknya ia, mengucapkan selamat tinggal.


Malang, 25 April 2009
23:05