I woke up today with this feeling, that better things are coming my way
And if the sunshine has a meaning, telling me not to let things get in my way
(5ive – Keep on Movin’)
Kepemimpinan
Kepemimpinan. Kata tersebut terdengar tidak asing namun masih cukup membingungkan untuk dianalisa.
Pemimpin. Lebih sering lagi terdengar. Terutama saat menjelang Pemilu, saat pemimpin yang terbaik diharapkan maju untuk memimpin bangsa ini bangkit dari keterpurukan.
Lebih mudahnya, sebutkan saja berapa banyak pemimpin yang ada di dunia ini. Bahkan untuk lebih mudahnya, sudah berapa banyak pemimpin yang anda kenal? Baik itu kepala sekolah, ayah, ketua kelas, atau mungkin ketua kelompok anda?
Seberapa pentingkah keberadaan pemimpin itu?
Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan didalam menjalankan kepemimpinannya.
Dengan demikian, pemimpin dibutuhkan untuk mengarahkan orang lain untuk melakukan sesuatu, demi pencapaian tujuan yang satu.
Apa yang terjadi jika tidak ada pemimpin?
Cukup sulit untuk membayangkan dunia tanpa pemimpin. Pada dasarnya, di dunia ini harus ada yang mengambil peran pemimpin, dan ada yang mengambil peran sebagai yang dipimpin. Kalaupun dalam satu kelompok tidak ada yang memimpin, maka bukan tidak mungkin akan terjadi kekacauan.
Anggap saja anda akan pergi ke Matos bersama beberapa teman sepulang sekolah. Teman anda, Avril Lavigne memilih untuk naik pesawat. Teman anda yang lain, Daniel Radcliffe memilih untuk naik angkot. Sedangkan teman anda yang terakhir, Luna Maya memilih untuk naik taksi. Anda sendiri lebih memilih naik sepeda ontel. Lalu apa yang akan terjadi jika tidak ada salah satu dari anda yang berinisiatif untuk memecahkan masalah tersebut? Jika tidak ada pemimpin, maka mungkin anda dan teman anda akan menempuh jalan yang berbeda. Namun, jika mungkin Luna Maya mengajak anda semua berdiskusi dan kemudian memutuskan untuk pergi bersama naik truk sapi, maka jadilah ia sang pemimpin.
Kepemimpinan itu apa?
Banyak teori yang mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dengan kepemimpinan (leadership).
Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan Hersey menambahkan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.
Mitos pun ikut bermain dalam proses penerjemahan kepemimpinan itu. Ada 3 (tiga) mitos yang berkembang di masyarakat, yaitu mitos the Birthright, the For All - Seasons , dan the Intensity.
Mitos the Birthright berpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan (dididik). Mitos ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin
Mitos the For All - Seasons berpandangan bahwa sekali orang itu menjadi pemimpin selamanya dia akan menjadi pemimpin yang berhasil. Pada kenyataannya keberhasilan seorang pemimpin pada satu situasi dan kondisi tertentu belum tentu sama dengan situasi dan kondisi lainnya.
Mitos the Intensity berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan galak karena pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong dengan cara yang keras. Pada kenyataannya kekerasan mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja hanya pada awal-awalnya saja, produktivitas seterusnya tidak bisa dijamin. Kekerasan pada kenyataannya justru dapat menumbuhkan keterpaksaan yang akan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Lalu apa yang harus dilakukan seorang pemimpin?
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang pemimpin. Pemimpin harus bisa menggerakkan bawahannya, oleh karena itu, harus bisa memahami apa yang dibutuhkan bawahannya. Maslow mengungkapkan dalam teorinya bahwa ada lima kebutuhan dasar manusia.
Lima kebutuhan dasar itu adalah
1. Kebutuhan Fisik (Physicological Needs), yaitu kebutuhan makanan, minuman, tempat tinggal dan lain-lain.
2. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs), yaitu kebutuhan akan perlindungan keselamatan terhadap bahaya atau kekerasan, setelah kebutuhan psikologi sudah terpenuhi.
3. Kebutuhan Sosial (Social Needs) timbul bila kedua kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi, yaitu kebutuhan akan afiliasi, persahabatan serta memberi dan menerima kasih sayang/dihargai dengan/dari/oleh orang lain dalam kehidupan sosial masyarakat.
4. Kebutuhan Prestise (Ego/Esteem Needs), yaitu kebutuhan akan penghargaan untuk penghormatan diri, status, perhatian hingga penerimaan orang lain, yang muncul bila ketiga kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi. Menurut Maslow kebutuhan ini jarang dapat dipuaskan.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs) merupakan kebutuhan terakhir apabila keempat kebutuhan lainnya di atas telah terpenuhi, yang dapat mendorong perilaku seseorang untuk dapat mempertinggi kemampuan kerja.
Kelima kebutuhan dasar ini patut menjadi pegangan pemimpin untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh bawahannya.
Harsey & Blanchard mengembangkan model kepemimpinan situasional efektif dengan memadukan tingkat kematangan anak buah dengan pola perilaku yang dimiliki pimpinannya.
Ada 4 tingkat kematangan bawahan, yaitu:
M 1 : bawahan tidak mampu dan tidak mau atau tidak ada keyakinan
M 2 : bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan keyakinan bahwa ia bisa
M 3 : bawahan mampu tetapi tidak mempunyai kemauan dan tidak yakin
M 4: bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk menyelesaikan tugas.
Ada 4 gaya yang efektif untuk diterapkan yaitu:
Gaya 1: telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan tugas dan kinerja anak buahnya.
Gaya 2: selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
Gaya 3: participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
Gaya 4: delegating, pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
Teori-teori kepemimpinan ini terbukti mempengaruhi cara pandang tiap orang akan kepemimpinan. Image yang tercta bahwa sosok pemimpin haruslah seorang yang kuat, tangguh, pandai, dan lain-lain menjadi karakter ideal yang dijadikan standar.
Perlu ditekankan, pemimpin tidak hanya dilahirkan, namun juga dihasilkan. Oleh karena itu, jangan takut berjuang. Setidaknya tiap orang memiliki jiwa kepemimpinan dalam hidupnya. Setidaknya, ia bisa memimpin dirinya sendiri.
Wahyu Suci Andayani
Malang, 6 Desember 2009
No comments:
Post a Comment