Friday, August 15, 2025

Quality Vs Quantity. is it really "vs" though?

pada suatu hari yang cerah, pertanyaan itu sempat saya lontarkan.
disaat kita dihadapkan dengan banyaknya tugas yang menumpuk, manakah yang harus dikejar? kualitas kah? atau kuantitas?
yang kemudian dijawab bahwa pengambilan keputusan atas pilihan tersebut merupakan suatu wadah untuk melatih decision making sang penanya, didasarkan atas analisa prioritas sang penanya pula.

tapi perut ini rasanya masih tergelitik.
kemudian akhirnya sampai pada titik,"No. this isn't right. something's wrong. something's definitely wrong."
konsep pilihan quality over quantity, atau quantity over quality tidak bisa digunakan di semua proses bisnis. bahkan pada banyak kasus, saya yakin itu bahkan bukan sesuatu yang bisa dipilih, melainkan mutlak dicapai, baik kualitas maupun kuantitas.
contohnya pabrik mobil, sedikit saja salah kualitas, harga yang dibayar adalah penarikan kembali mobil-mobil yang sudah dijual. nyawa bisa melayang. kerugian finansial tak dapat dihindari. namun apakah demi mencapai kualitas, maka produksi mobil dibuat terbatas? yaa.. tidak semua orang bisa membeli Rolls Royce kan?

hal yang sama pun saya rasa berlaku di proses bisnis dengan load tinggi yang saya tanyakan. disaat pertanyaan mana yang harus dipilih antara kualitas atau kuantitas muncul, justru adalah sinyal bahwa ada masalah disitu.
justru menjadi pertanyaan, apakah ada masalah dengan kuantitasnya? apakah akan mempengaruhi kualitas? disisi mana mempengaruhinya? apa yang bisa dilakukan untuk menjaga kualitas?

jadi jawabannya bukan decision making. tapi problem solving. karena ini adalah masalah, bukan pilihan.
apa yang bisa dilakukan untuk menjaga kualitas, dengan tingkat kuantitas yang tinggi.

dengan mengubah mindset itu, ide-ide peningkatan kualitas tentunya akan mengalir. bukannya malah menerima nasib bahwa akan selalu hidup dalam pilihan antara kualitas atau kuantitas.
bukan menerima bahwa kualitas dan kuantitas itu dapat di-trade off. namun bagaimana keduanya harus dicapai.

yang susah adalah, meyakinkan orang lain bahwa ada sesuatu yang harus diubah. karena kita punya masalah. 
yang susah adalah, jika orang lain tidak merasa itu adalah suatu masalah. disaat orang lain bisa dengan bangga berkata "i decide to choose one over the other".

no. it is NOT a choice! 


Tiba-tiba.

 Tiba-tiba saja ingin menulis.

Setelah sekian lama, begitu banyak ide-ide yang terlewatkan begitu saja. begitu banyak momen-momen yang menarik untuk ditumpahkan menguap begitu saja.

namun tiba-tiba saja hari ini, sore hari ini, dengan tiket yang menumpuk, setrikaan yang menumpuk, malah ingin menulis.

musuh terbesar dalam melakukan sesuatu adalah diri sendiri. tiba-tiba ada ide yang muncul, namun keburu dibunuh oleh pikiran sendiri. bagaimana jika? buat apa? bagus ga ya?

kemudian tiba-tiba ide itu tidak jadi lahir. bak mules yang ditahan-tahan kemudian tiba-tiba hilang dengan sendirinya. yang kemudian hanya menyebabkan sakit perut. dalam kasus ini, sakit pikiran. mandeg.

maka disinilah saya, tiba-tiba menulis.

mungkin sudah saatnya ide-ide itu saya lepaskan sedikit demi sedikit. mungkin saja kemudian pikiran saya bisa lebih mengalir.

namun sekali lagi, musuh terbesar adalah diri sendiri.

mengurutkan prioritas antara mengerjakan tiket, menyetrika, atau menulis ide-ide yang jujur saja sampai kata-kata ini diketik, belum juga kembali. tapi kenapa tidak?

mungkin, setelah tulisan ini di-post, tiba-tiba ide itu muncul kembali, bak rasa mules yang tiba-tiba muncul waktu lagi tidur. semoga saja masih ada kesempatan untuk menuangkan ide-ide itu dalam tulisan.

agar tidak sakit perut, eh, sakit pikiran.

namun prioritas tidak bisa berbohong. besok bisa nyicil lembur, tapi tidak bisa nyicil nyetrika. sekian, saya nyetrika dulu.

Thursday, June 26, 2025