Tuesday, December 3, 2019
You are what you share.
Label:
Nichijou
Kalau orang bilang 'you are what you eat' itu sudah biasa.
Sekarang saya ingin mempopulerkan 'you are what you share'. For a moment there saya pikir sayalah penemu kalimat tersebut. Ternyata google proved me wrong.
You are what you share. 15.130.000.000 results (0,62 seconds). Dan diantaranya, quote by Charles Leadbeater : "you are what you share". Cih.
Well okay. Straight to the main topic kalau begitu.
Mari kita membaca kembali kutipan di gambar di atas. Kebetulan beberapa hari lalu seorang kawan lama di facebook men-share status dari suatu community page terkait pernikahan.
Dan saya tertrigger. Untungnya saya masih sempat dengan kepala dingin menyimpan pic dan quotenya, untuk kemudian saya bahas di ruang saya sendiri. Alih-alih bikin masalah di wall orang.
Saya punya dua masalah terhadap kutipan di gambar tersebut.
1. Istri yang baik tidak meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya.
Saya beranggapan, istri yang tidak meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya adalah istri yang meremehkan suaminya. Sepemahaman saya, suami itu sudah dibentuk sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan serta pada saat yang bersamaan, melindungi anak dan istrinya. Tidak sampai disitu, bahkan ibunya dan saudara-saudara perempuannya yang belum menikah pun masih menjadi tanggungannya. Kurang hebat apa seorang suami?
Percayalah, seorang suami secara naluri akan selalu berusaha memberikan dan mengusahakan yang terbaik bagi keluarganya. Jangan sekali-kali kemudian membatasi kekuatannya dengan berlandaskan pikiran 'itu di luar kemampuannya'.
Saya sangat setuju dengan Tulus, 'jangan cintai aku apa adanya, jangan. Tuntutlah sesuatu, agar kita jalan ke depan.'
Jadi menurut saya, tidak apa untuk meminta sesuatu. Bahkan jika itu terasa tidak mungkin. Ucapkan lah, jadikan doa, kemudian usahakan lah.
Siapa yang bisa menjatuhkan keputusan bahwa itu di luar kemampuan? Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Manusia itu tempatnya ikhtiar, Allah yang memberikan keputusan.
Beda halnya kalau si istri minta tapi tidak dibantu dengan ikhtiar dan tawakkal, malah pakai ngotot. Nah itu bisa jadi mendorong naluri suami yang ingin selalu memberikan yang terbaik sedikit ngebut dan akhirnya ambil jalan pintas. Ada lah, kisah-kisah pejabat yang korupsi karena dipaksa oleh 'kebutuhan gaya hidup sang istri'.
Jadi menurut saya, istri justru harus selalu menuntut yang terbaik, dan dibarengi dengan doa dan dukungan penuh terhadap usaha suami. Tentunya disertai tawakkal, karena sungguh tiada daya dan upaya melainkan atas izin dan pertolonganNya.
2. Suami yang baik akan memberikan keperluan istrinya sebelum diminta.
Ini suaminya cenayang kali.
Menebak kebutuhan pasangan tanpa diberitahu langsung oleh pasangan menurut saya adalah hal yang sangat sulit. Saya teringat suatu kisah, saat itu Rasulullah pulang ke rumah. Setelah Rasulullah duduk, tanpa bertanya maupun berkata apa-apa, Khadijah ke dapur dan menyiapkan makanan dan minuman untuk Rasulullah. Ternyata pada saat itu Rasulullah sedang lapar. Taukah anda apa yang terjadi?
“Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.’” (HR. Bukhari, no. 3820 dan Muslim, no. 2432)
Yep. Dapat salam dari Allah SWT dan Malaikat Jibril. Segitunya lho.
Makanya saya menyimpulkan, menebak kebutuhan pasangan hanya dari ekspresi itu adalah hal yang sulit, yang jika kita berhasil, mungkin, mungkin, mungkin saja Allah pun membisikkan salam untuk kita. Aamiin.
Jadi, kita yang masih tidak ada apa-apanya ini jangan terus berharap suami atau istri kita sejago Khadijah dalam menebak kebutuhan kita.
Komunikasi itu penting. Dengan status suami istri, sudah bukan masanya bilang 'ih kamu kok ga ngerti kebutuhanku sih?'. Ya kelees. Kalau sudah suami istri itu ya bilang langsung saja kebutuhannya apa. Tapi jangan lupa, perhatikan juga kondisi pasangan saat melontarkan keinginan-keinginan.
Jangan pas pasangan lagi mules terus diajak bahas masalah urgent. Atau pas pasangan lagi lapar malah dikasi cemilan gosip tetangga. Biarkan istirahat dulu, duduk tenang dulu, kenyang dulu. Kalau sudah santai, baru bilang, 'ayah,, mau kipas angin baru'. Nah. InsyaAllah kalau caranya bener dan sudah rezeki, pasti dapet.
Jadi poin no.2 ini menurut saya sangat tidak realistis, malah rentan membuat si istri makan ati karena suaminya ga ngeh. Kecuali, suaminya punya indra kesekian.
Nah dari dua poin di atas, sebenernya yang lebih bikin gregetan adalah gambar di atas di-share dari status komunitas kehidupan rumah tangga. Yah semacam berbagi kata-kata bijak terkait rumah tangga, padahal menurut saya kutipannya malah cenderung merusak rumah tangga orang.
Hampir sama dengan salah satu komunitas parenting di IG yang saya unfollow karena isinya kurang lebih membahas 'hubungan istri dengan mertua emang susah cyiin.. coba share yang mertuanya jahat-jahat', atau 'gimana yaa rasanya diselingkuhiin', 'bumin keluhannya apa nih buat pakmin? Biasanya kan a, b, c, d ye kaan', terus berkomentarlah para ibu- ibu dengan memilih a,b,c, atau d dan nge-tag suaminya. Buat apa coba. Buat apa. Even kalau memang mau memilih a, b, c, atau d, lakukan di ruang pribadi saja. Kan saya jadi ga kepo ngeliatin oh ini suaminya si itu, ih emang kenapa kok keluhannya itu? Jadi nambah dosa juga saya. Unfollow dah, kelar. Satu cabang kita tutup.
Hm. Kalau di-summary kan, mungkinkah saya adalah orang pertama yang membuat quote 'you are who you follow?'. Hm.
Ternyata google proved me wrong once again.
About 7.170.000.000 results (0,55 seconds).
Cih.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment