Pernahkah anda berada di suatu kondisi
Tiba di stasiun
Penumpang : "makasi ya bang!"
Abang ojol : "iya"
Sambil jalan menjauh si penumpang memberikan rating 5 bintang plus ngasih tip.
Keesokan harinya
Tiba di stasiun
Penumpang : "jalan dulu ya yah"
Ayahnya penumpang : "iya hati-hati"
Sambil jalan menjauh penumpang buka sosmed, sekedar checkin lagi di stasiun
Atau pernah kah anda di situasi ini?
Bertamu di rumah teman
Tuan rumah membawakan teh dan makanan
Tamu : "eh makasi lho, jadi ngerepotin"
Tuan rumah senyum senyum.
Pulang ke rumah si tamu
Mama si tamu :"Itu ada ikan goreng tadi pagi mama masakin"
Si tamu: "tadi uda makan ma"
Si tamu langsung masuk kamar, siap-siap ngecek sosmed
...
Pernah kah?
Ayah mengantar anak, ibu memasak untuk anaknya, wajar sekali bukan?
Namun ketika orang lain yang melakukan hal tersebut tak jarang kita malah tersentuh, terharu, melabeli bahwa si anu orang baik, dan kemudian ucapan 'terima kasih' itu terlontar dengan mudahnya.
Kapan terakhir kali anda berterima kasih pada orang tua anda?
Pernahkah anda berterima kasih kepada pasangan?
Atau usahanya memenuhi kebutuhan anda adalah hal yang wajar dilakukan suami sehingga tidak perlu ucapan terima kasih?
Atau usahanya menjaga kenyamanan tempat tinggal anda adalah hal yang wajar dilakukan istri sehingga tidak perlu mengucapkan terima kasih?
Padahal saat anda menerima hadiah, anda melontarkan kata tersebut.
Padahal saat meja makan anda dibereskan oleh pegawai restoran, anda pun melontarkan kata tersebut.
Kapan terakhir kali anda mengucap Hamdalah?
Padahal anda masih bisa membaca tulisan ini tidak lain dan tidak bukan atas izinNya.
Padahal saya masih bisa mengetik tulisan ini tidak lain dan tidak bukan atas izinNya.
Bernafas pun sudah merupakan kebiasaan yang wajar. tapi ingatkah anda bahwa itu termasuk rezeki?
Marilah kita berterima kasih dan mengucap syukur.
Jangan mau terjebak kewajaran.